Langit Tjerah menerima donasi buku bekas, buku baru, maupun alat pendidikan yang lainnya untuk kami salurkan kepada Komunitas Pendidikan maupun Taman Baca yang membutuhkan, silahkan hubungi contact person. Terima Kasih.

Thursday, June 22, 2017

Negara Indonesia Dalam Bingkai Masalah Kemanusiaan Yang Berdarah


Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang membentang di garis Khatulistiwa. Negeri kaya yang masih menghadapi persoalan pelik di segala bidang. Jalan pendidikan yang macet, roda ekonomi yang tersendat-sendat, hingga potret kemanusiaan yang kelam di masa lalu. Negeri ini juga memiliki sejarah yang sangat unik, mulai dari pra penjajahan kolonial hingga pasca kemerdekaan. Di masa kolonial Indonesia dibodohkan terlalu lama oleh sistem penjajahan negeri Eropa. Sehingga kebodohan tersebut mengakar dan membudaya, tumbuh subur dalam otak generasi selanjutnya. Dalam pembahasan kali ini, sedikit banyak akan mengorek luka lama agar kita tahu siapa yang membuat luka tersebut. Sesuai judulnya kita akan banyak membahas permasalahan pelanggaran kemanusiaan di negeri yang seharusnya sangat humanis ini. Potret kelam pelanggaran kemanusiaan di jaman penjajahan sangat kompleks hingga tak cukup waktu untuk diceritakan semuanya. Mulai dari penindasan manusia, perkosaan, genosida, hingga perbudakan. Hal tersebut menghiasi kehidupan sehari-hari di masa penjajahan. Permasalahan perbudakan menjadi sorotan bila kita membahas era penjajahan. Sebagaimana rakyat yang hidup pada masa tersebut mengalami kekejaman pemerasan tenaga dan daya cipta oleh penjajah yang biadab. Rakyat hanya dipaksa untuk bekerja tanpa upah, baik upah material maupun moral. Ironisnya, justru elit-elit dari golongan pribumi banyak yang menjadi kaki tangan si penindas Hak Asasi Manusia. Dengan iming-iming hidup yang enak, elit tersebut dengan senang hati menjilat pantat si penindas. Hal ini diatasnamakan dengan sebutan ‘koloni’. Hingga masa pergerakan, mulai nampak titik terang atas nasib rakyat kecil yang sudah mulai jenuh dengan kehidupan sehari-hari yang penuh dengan kesengsaraan. Sehingga mengantarkan bangsa ini mendapatkan ‘kemerdekaan’.

Ilustrasi
Setelah masa penjajahan, negeri ini merdeka dan mulai menentukan nasib sendiri bagaikan gadis remaja yang harus bertahan di belantara pergaulan skala global. Bukan berarti setelah mencapai kemerdekaannya bangsa ini terbebas dari pelanggaran kemanusiaan. Justru babak baru pelanggaran kemanusiaan dilakukan oleh pemerintahan sendiri setelah berhasil serah terima kekuasaan dari penjajah sebelumnya. Kekerasan dan represi dilakukan atas nama negara dengan dalih menyelamatkan kestabilan nasional. Penyiksaan sesama anak bangsa dilegistimasi oleh badan yang bernama “Pemerintah dan Aparatur Negara”. Setelah merdeka dari penjajah rakyat bukannya terbebas dari belenggu kejahatan kemanusiaan tetapi justru rakyat berhadapan dengan penindas yang memiliki warna kulit yang sama. Tentu dengan pakaian, nasib, dan hoki yang berbeda dengannya.

Pada era awal berdirinya negara Indonesia, sekelompok orang yang menyebut dirinya sebagai pemerintah sangat menjunjung tinggi perdamaian dan Hak Asasi Manusia. Segala konsepsi di bentuk untuk melindungi keberlangsungan nilai kemanusiaan dalam kehidupan negaranya. Mengatur kehidupan bangsanya supaya hidup dalam harmoni dan menjunjung tinggi HAM. Walaupun kita sangat mengamati bahwa awal-awal berdirinya negara ini penuh dengan tarik ulur dan sengketa dengan pihak penjajah yang belum rela tanah jajahannya merdeka.

Hingga sepuluh tahun setelahnya tepatnya pada tahun 1959 setelah Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit, rakyat di negeri ini mulai merasakan pengekangan kebebasan Hak Sipil dan Hak Politik. Tindakan subversif pemerintah mengatasnamakan menjalankan Demokrasi Terpimpin untuk kestabilan politik dalam negeri menghadapi kekuatan kedua Blok besar di dunia. Namun hal tersebut masih dapat diterima jika kita melihat bahwa Indonesia kala itu diincar oleh kedua kekuatan Blok dunia. Hal ini mendorong pemerintah untuk melakukan tindakan subversif untuk menghadang kekuatan kedua Blok tersebut dari unsur dalam negerinya sendiri. Hingga tujuh tahun setelah Dekrit, dan Presiden Soekarno jatuh karena kudeta yang penuh konspirasi. Kudeta yang diamini oleh AS yang mendukung Jendral Soeharto untuk mengambil alih kekuasaan dan mulai menyuntikkan kebijakan politiknya ke otak Soeharto. Hal ini didokumentasikan oleh John Pilger dalam film dokumenternya The New Rules of The World, 2002. Bahkan dalam buku Who Rules The World?dituliskan bahwa “Kemenangan paling penting dari perang Indhochina terjadi pada 1965. Ketika itu, dengan dukungan AS, kudeta militer di Indonesia dipimpin oleh Jenderal Soeharto melakukan kejahatanyang oleh CIA dianggap sebanding dengan yang dilakukan Hitler, Stalin dan Mao.”[1]. Mengingat bahwa korban kejahatan Soeharto kala itu mencapai ratusan ribu jiwa.

Setelah berganti kekuasaan dari Sukarno kepada Soeharto, daftar panjang pelanggaran kemanusiaan masih membentang panjang, lebih panjang daripada wilayah negeri ini sendiri. Setelah tragedi kudeta terhadap Sukarno dengan mengkambinghitamkan salah satu partai yang berbasis massa, Soeharto mulai melakukan fantasi holocaust yang mirip dengan fasisme Hitler di negeri ini. Dengan dalih membersihkan “orang kiri”, Soeharto mulai memakai sarung tangan besinya untuk menghilangkan nyawa ratusan ribu hingga jutaan orang. Hanya karena tuduhan sederhana, yaitu tuduhan sebagai “orang komunis harus disingkirkan karena mengancam  ideologi  negara.”. Dengan latar belakang militer, orang kelahiran Dusun Kemusuk, Yogyakarta ini memimpin negeri ini dengan serangkaian tindakan represif terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Pembantaian  massal orang-orang yang di cap komunis tanpa pengadilan yang jelas menjadi nilai merah pertama orang yang dijuluki “The Smilling General” ini.

Soeharto Pada Masa 1965
Waktu berlanjut hingga tahun 1981, awal dimulainya variasi kejahatan kemanusiaan gaya Soeharto yang lain yaitu Penembakan Misterius. Kejahatan kemanusiaan tersebut berupa hukuman mati terhadap residivis, preman, bromocorah, dan orang jalanan tanpa melalui pengadilan yang jelas. Orang-orang dengan mudah dihilangkan nyawanya dengan alasan bahwa pelaku kriminal harus dihukum dengan cara yang sama saat ia memperlakukan korbannya, Hal tersebut diakui Soeharto sendiri dalam otobiografinya Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya. Orang yang kelihatan bertato atau bertampang kriminal akan langsung mati ditempat oleh peluru panas begundal  negara yang berseragam dan bersepatu kulit setinggi betis. Amnesty Internasional mencatat korban dari kebijakan tersebut kurang lebih 5.000 jiwa.
Presiden Soeharto
Masih banyak pelanggaran kemanusiaan di era Mr. General ini sebutkanlah Peristiwa Tanjung Priok, Peristiwa Talangsari, Daerah Operasi Militer Aceh, Timor Timur (Timor Leste), Penghilangan Paksa Aktivis (23 Aktivis 9 orang kembali, 1 tewas, 13 hilang), Peristiwa Trisakti, Hingga Kerusuhan Mei 1998. Semuanya menggunakan aparatur negara sebagai alat kekerasan dan pelanggaran kemanusiaan. Belum lagi pelanggaran dari segi hak politik masyarakat, kebijakan represi, hingga pembatasan hak-hak sipil masyarakat. Jauh lebih buruk dibandingkan pada masa pemerintahan Orde Lama. Sehingga memunculkan perlawanan yang berakibat turunnya Si Tangan Besi.

Setelah mundurnya Soeharto, perjalanan panjang kemanusiaan di Indonesia berehat sejenak dari liku-liku yang melelahkan. Namun, budaya militerisme terlanjur mengakar pada mantan-mantan jenderal atau bahkan sebagian ‘cheersleadernya’  pada masa itu. Budaya “praetorian” terlanjur disuntikan ke otak jenderal-jenderal yang kelak akan menjadi penguasa baru setelah kemunduran The Big General dan menjadi penerus kekejaman terhadap nilai kemanusiaan.

Bentuk-bentuk Pelanggaran HAM pasca Reformasi berangsur berkurang dibandingkan di era Orde Baru. Namun, bukan berarti di era Reformasi menjadi aman-aman saja, justru pelanggaran gaya baru mulai tampil dengan muka yang lebih sopan. Ditunjang dengan semakin terjalnya jurang pemisah antara kaya dan miskin, pejabat dan rakyat, agamawan dan anak jalanan. Juga penjajahan Imperium gaya baru yang bernama Globalisasi. Pasca Reformasi, diterbitkannya PAM Swakarsa menambah panjang liku jalan kemanusiaan bangsa ini. Dengan gerbang PAM Swakarsa ini melahirkan kelompok-kelompok perusuh yang bebas melakukan pelanggaran kemanusiaan berdalih menciptakan stabilitas. Ada apa gerangan? Mungkinkah dengan adanya ormas-ormas rusuh bercorak represif ini sebagai upaya cuci tangan pelanggaran HAM masa lalu?. Atau menjadi pelaksana kegiatan represi setelah keruntuhan Orde Baru?. Apalagi dalam tubuh ormas-ormas rusuh tersebut ada jenderal-jenderal pensiunan masa Orde Baru.
Intoleran Society
Sebutkanlah pelanggaran kemanusiaan terhadap kasus Ahmadiyah, pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang dilakukan oleh ormas-ormas rusuh. Terkesan SBY mendiamkan ormas rusuh tersebut melakukan kebiadaban, dan cenderung tidak mengeluarkan kebijakan normatif. Padahal, pada Pemilihan Presiden tahun 2004 dicitrakan bahwa SBY adalah seorang yang humanis, demokrat dan sangat toleran. Tetapi apakah benar demikian? Bukankah SBY juga merupakan pion  Soeharto kala itu?. Bukankah “Semua serdadu pasti tak jauh berbeda.” begitu salah satu lirik lagu Iwan Fals?. Belum lagi pemerintahannyabanyak didukung oleh jenderal-jenderal alumnus sekolah militer prestisius di AS. Memang salah satu langkah AS dalam mewujudkan ambisi imperiumnya adalah dengan menempatkan jenderal-jendral lulusan sekolah militer di AS, seperti Forth Leavenworth dan Fort Benning. Doktrin militeristik AS sengaja ditanamkan pada siswa-siswanya untuk menjadi “anjing penjaga” di negara asalnya dengan menjadikannya pemimpin bangsa dibawah hegemoni AS.

Jejak pelanggaran HAM di era reformasi juga belum tertuntaskan, terutama sekali penyelesaian konflik vertikal di Papua dan Aceh. Sebetulnya, masa Habibie, Gus Dur dan Megawati memiliki komitmen untuk menjadikan pendekatan dan dialog sebagai paradigma penyelesaian konflik. Namun setiap jalan pasti ada hambatannya, SBY ketika menjabat sebagai Menkopolkam justru meningkatkan intensitas konflik. Melalui Keppres No. 28 Tahun 2003 jelas-jelas memberlakukan Darurat Militer [2]. Itu artinya, bukan solusi penyelesaian konflik melalui pendekatan yang dipilih melainkan memperburuk konflik dan menambah korban jiwa.

Deretan panjang kasus kemanusiaan di negeri ini seperti cerita yang tak berujung dan tak pernah ada solusinya. Setiap pergantian kekuasaan pasti menjanjikan penuntasan pelanggaran HAM masa lalu, tetapi  setelah itu berangsur ditelan waktu dan berganti kejahatan kemanusiaan yang baru. Apakah artinya sebuah negara jika hanya menjadi alat kekejaman terhadap segala bentuk kehidupan. Kehidupan yang seharusnya sangat bernilai menjadi barang murahan sehingga dengan mudah dikriminalisasi oleh sebuah badan yang mengatasnamakan sebagai negara. Wajar bila seorang anarkis mengatakan “I don’t believe in state” ketika melihat negara hanyalah sebagai alat kekejaman dengan mengatasnamakan kebijakan dan stabilitas nasional. Beribu dalil bahwa negara diciptakan sebagai sebuah wadah bagi kehidupan manusia, seakan bila tak ada negara kita adalah hewan-hewan murahan. Tetapi bukankah kenyataannya negara hanya menjadi arena pertarungan hewan-hewan politik?. Filsuf sosial termasyhur dari Amerika, John Dewey, pernah menggambarkan politik sebagai “bayangan yang dirajut di tengah masyarakat oleh kelompok yang sangat berkuasa dan berpengaruh” [3]. Ujungnya, dunia hanyalah kumpulan bangsa-bangsa yang memiliki peran penindas untuk seluruh jenis kehidupan. Kumpulan birahi kekuasaan yang melegalkan  penindasan atas nama kepentingan nasional.

Catatan :
[1] Noam Chomsky, 2017, Who Rules The World, terj. Eka Saputra, Bentang, Yogyakarta,  hal. 111-112.

[2] Keppres No. 28 Tahun 2003 tentang Pemberlakuan Status Darurat Militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang berlaku efektif mulai 19 Mei 2003.

[3] Westbrook, R. 1991, John Dewey and American Democracy. Ithaca, NY: Cornell University Press, Hal. 440.



Big Thanks to Readers!
Written by : Vrandes Setiawan Cantona - Langit Tjerah

Read more ...

Tuesday, June 20, 2017

Laporan Kegiatan Bakti Sosial Panti Asuhan Rumah Harapan

Pelaksanaan : Minggu 18 Juni 2017

Setelah kegiatan selesai dilaksanakan, berikut publikasi laporan mengenai kegiatan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk transparansi kegiatan yang telah kami laksanakan, sebagai pertanggungjawaban kepada masyarakat uang telah berpartisipasi.

Cover

Kata Pengantar

Lembar Pengesahan

Bab 1. Sasaran, Pencapaian, Jadwal Kegiatan

Bab 1. Kendala

Bab 2. Laporan Keuangan a. Perolehan dana

Bab 2. Laporan Keuangan b. Realisasi Anggaran

Bab 2. Laporan Keuangan b. Realisasi Anggaran

Bab 2. Laporan Keuangan b. Realisasi Anggaran

Bab 3. a. Lampiran, b. Bukti Pembelian

Bab 3. b. Bukti Pembelian

Bab 3. b. Bukti Pembelian

Bab 3. b. Bukti Pembelian

Bab 3. b. Bukti Pembelian

Bab 3. c. Dokumentasi (sudah dipublikasi di postingan sebelumnya)

Bab 3. Penutup

Demikian publikasi mengenai laporan kegiatan Bakti Sosial Panti Asuhan Rumah Harapan  pada Hari Minggu tanggal 18 Juni 2017.
Untuk penjelasan mengenai laporan tersebut bisa hubungi Contact Person kami di,

085711204725 (Vrandes)
085710056745 (Andy)
085640203682 (Arun)

Terima kasih.

Langit Tjerah, 20 Juni 2017.


Read more ...

Rumah Harapan, Harapan Bagi Kemanusiaan

(Sebuah Dokumentasi Kegiatan Kemanusiaan)

Pada hari Minggu, tanggal 18 Juni 2017 Langit Tjerah melakukan kegiatan kemanusiaan berupa Bakti Sosial di Panti Asuhan Rumah Harapan yang beralamatkan di Jl. Raya Suprapto No. 28 Setu, Bekasi. Kegiatan tersebut berupa Buka Bersama Anak Yatim Piatu dan Penyaluran Donasi Santunan untuk anak yatim piatu. Acara tersebut direncanakan sejak tanggal 30 Mei 2017 oleh Langit Tjerah.Acara tersebut berpanitiakan15 orang dari Langit Tjerah, yang semuanya memiliki andil dalam kesuksesan acara kemanusiaan tersebut. Mulai dari perencanaan kegiatan, penggalangan donasi, persiapan kegiatan, hingga pelaksanaan kegiatan. Acara tersebut adalah aksi nyata dari Langit Tjerah untuk memperjuangkan sisi kemanusiaan, merangkul orang lain yang sedang membutuhkan. Pihak panitia merencanakan kegiatan tersebut secara teratur terutama dalam segi biaya, artinya panitia memisahkan biaya acara dan biaya donasi. Sehingga panitia tidak menggunakan uang sepeserpun dari uang donasi, untuk keperluan acara panitia mengumpulkan iuran tiap anggota untuk kebutuhan biaya acara. Kegiatan tersebut direncanakan sedemikian rupa sehingga keteraturan dan kerapiannya cukup baik. Untuk hal pelaporannya pun disusun secara Transparan dan Akuntabel. Seumpama selisih 1 perak pun masih bisa ditelusur, kami menekankan kepada keterbukaan.

Berikut hasil dokumentasi kegiatannya,


Anak-anak sedang berkelompok untuk games ngabuburit beserta beberapa panitia dari Langit Tjerah. Lucu-lucu dan imut-imut toh? :D



Mereka adalah saudara kita, ayo berangkulan!



Nah, yang ini sedang diisi game tentang pengetahuan keagamaan oleh Mas Yayan. Aktivis Langit Tjerah yang juga aktif di bidang keagamaan juga, salut :)


Adek ini begitu tahu jawabannya langsung angkat tangannya, siapa tahu bisa dapat bingkisan yang sudah disediakan. Lumayan, buat nambah-nambah buka puasa :D


Dan waktunya berbuka puasa, setelah makan yang manis-manis langsung deh makanannya dibagikan sama Mbak-mbak Langit Tjerah yang manis-manis. heuheuheu


Sesudah makan, adek-adek berbaris untuk pembagian alat tulis. Oiya, salam-salaman juga sama Mas-Mas dan Mbak-Mbak dari Langit Tjerah. Anak kecil aja tau ngantri, masa situ sering main nyelonong aja. :D
dicontoh ya.


Tak terasa waktu sudah malam, kita foto bersama nih sebelum berpisah :'(



Ternyata ada yang ndak mau ditinggal.


Mas yang ndak kelihatan pas acara ini tampil di akhir acara menyampaikan terima kasih dan permohonan maaf. Sekalian berpamitan dan acara selesai, kita kembali ke rumah masing-masing.


Yang ini masih ngurus administrasi dan pelaporan, ndak apa-apa biar transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.


Dokumentasi diatas adalah gambaran acara yang telah dilaksanakan, untuk kedepannya tetap dijalin hubungan dan kerjasama dengan Panti Asuhan Rumah Harapan untuk saling berangkulan dalam kemanusiaan. Untuk pelaporannya, terpisah dengan dokumentasi ini. Terima kasih atas partisipasinya untuk acara kemanusiaan. Langit Tjerah akan terus berjuang menjadi bagian dari kemanusiaan.


"The best way to find yourself is to lose yourself in the service of others."
-Mohandas Gandhi-

Read more ...

Friday, June 2, 2017

Proposal Kegiatan Baksos Langit Tjerah

PROPOSAL BAKTI SOSIAL PANTI ASUHAN

THE HUMANITARIAN PROJECT
“Be A Human for Humanity”


 




















LANGIT TJERAH
TAHUN 2017


Kata Pengantar



Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan RahmatNya kami dapat menyelesaikan pengajuan proposal kegiatan Bakti Sosial Panti Asuhan ini tanpa ada aral suatu apapun. Proposal ini merupakan bagian dari aksi nyata kami dalam membangun jalinan kasih antar sesama. Ucapan maaf kami sampaikan kepada pihak yang membaca Proposal ini dikarenakan mungkin banyak kekeliruan dan kekurangan didalamnya. Hal tersebut semata-mata karena keterbatasan penulis akan pengalaman juga mungkin dalam penulisan yang tidak sesuai dengan kaidah EYD dan kaidah Bahasa Indonesia yang benar. Untuk kesempurnaan proposal ini saran yang membangun selalu saya harapkan.
Didalam proposal ini saya sedikit menjabarkan tentang Prinsip, Visi, dan Misi kami dalam sebuah kehidupan yang bertujuan saling merangkul untuk kebersamaan. Semoga  proposal ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
Tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu untuk menyelesaikan proposal ini. Pertama kepada orang tua yang yang memberi dorongan moril, andil, dan juga inspirasi. Dan juga teman-teman yang selalu memberi masukan dan informasi. Tidak lupa kepada pihak lain yang selalu memberi arahan dan bantuan.







Penyusun,
                                               



LEMBAR PENGESAHAN

Judul Proposal                :       Kegiatan Bakti Sosial Panti Asuhan
Jenis Kegiatan                :       Kelompok
Susunan Panitia              :       (Terlampir*)
Anggaran Dana              :       (Terlampir**)
Lain-lain                        :       (Terlampir***)











                                                                                 *Scan tanda tangan dari Proposal asli


BAB 1
Pendahuluan


1.1. Latar Belakang
Manusia sejatinya adalah makhluk sosial, atau dalam ilmu sosial sering diistilahkan Homo Socius. Sudah menjadi fitrah manusia untuk saling berhubungan satu sama lain untuk keberlangsungan hidupnya. Sangat mustahil bahwa manusia dapat bergantung sendiri, mengandalkan diri sendiri, bahkan lebih ekstrim lagi seolah-olah buta terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh karena manusia bersifat makhluk sosial, maka manusia merasa saling membutuhkan diantara sesamanya atau sering diistilahkan sebagai Zoon Politicon. Kebutuhan inilah yang membuat manusia akan membentuk kelompok masyarakat walaupun dengan latar belakang, jenis kelamin, ras, suku maupun nasib yang berbeda satu dengan lainnya. Sudah sepantasnya bila fitrah manusia menjadi makhluk sosial harus peka terhadap lingkungan sosial disekitarnya.
Keberadaan manusia dalam lingkungan sosial dipenuhi dengan perbedaan, mulai dari perbedaan warna kulit, agama, kepercayaan, hingga perbedaan nasib. Hal inilah yang bernilai ganda seperti dua mata pedang. Disatu mata perbedaan tersebut akan menjadikan konflik antar manusianya, di satu mata yang lain justru perbedaan tersebut akan menjadikan manusia menjadi makhluk yang sangat toleran dan saling menghargai untuk kehidupan bersosialnya. Namun walaupun manusia tercipta dalam berbagai perbedaan, ada satu inti yang menjadi persamaan diantara perbedaan itu. Persamaan diantara perbedaan manusia tersebut adalah “Kemanusiaan”.
Oleh karena nilai kemanusiaan tersebut kami memiliki prinsip yang sama yaitu “Menjadi manusia untuk Kemanusiaan” sehingga kami digerakkan dan berpandangan bahwa esok pagi akan selalu cerah bagi mereka yang mengusahakannya. Untuk mewujudkan prinsip dan pandangan tersebut kami membuat kegiatan-kegiatan yang berisi aksi nyata dalam mewujudkan nilai kemanusiaan itu. Bahwa ada saudara-saudara yang berada disekeliling kita membutuhkan rangkulan dan dukungan berupa semangat, kepercayaan diri, dan materi untuk kita usahakan bersama. Dan kita sebagai Homo Socius sudah sepantasnya tidak melalaikan hal tersebut. Kami bukanlah sebuah organisasi dalam arti organisasi yang berbadan hukum, melainkan kami hanya sekelompok muda-mudi yang tergabung atas dasar nilai kemanusiaan. Terlepas dari ormas, partai politik, perusahaan, maupun instansi yang lainnya, bahkan diantara kami sendiri ada beberapa yang baru kenal. Kami tergabung dalam aksi nyata walaupun tidak dalam bentuk Ormas, Parpol, maupun instansi lainnya, oleh karena itu kita bergerak sebagai free humanitarian provider yang bebas dari tekanan kepentingan dan juga tentunya bercorak Non-Profit
Atas dasar rasa kemanusiaan tersebut kita dikumpulkan dengan bantuan Kuasa Tuhan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusian salahsatunya adalah Kegiatan Bakti Sosial Panti Asuhan ini. Hal tersebut yang menjadikan latar belakang diadakannya kegiatan ini. Semoga dapat memberikan Maslahat bagi seluruh umat manusia khususnya untuk saudara kami yang berada di Panti Asuhan Rumah Harapan.

1.2.Tujuan dan Manfaat
Kegiatan ini mempunyai tujuan khusus, tujuan umum, dan tujuan jangka panjang sebagai berikut,

Tujuan Umum:
·   Meningkatkan rasa kebersamaan diantara sesama aktivis kemanusiaan.
·   Menjadikan pengalaman baru, pengetahuan baru guna mempertajam kepekaan terhadap dunia sosial.

Tujuan Khusus:
·   Menyalurkan bantuan Moriil, Materiil, dan bantuan dalam wujud lainnya kepada saudara-saudara yang sedang membutuhkan.

Tujuan Jangka Panjang:
·   Membangun koneksi diantara sesama manusia untuk bersatu dalam kemanusiaan.

Hasil kegiatan secara langsung akan berdampak positif bagi kehidupan sosial di sekitar khususnya kepada rekan-rekan aktivis dan saudara yang berada di Panti Asuhan Rumah Harapan.



 BAB 2
Tentang KEGIATAN


2.1  Sasaran
Panti Asuhan “Rumah Harapan”
Jumlah Peserta Panti              : 30 Orang (sebagian besar adalah anak-anak)
Jumlah Pengurus Panti            : 5 Orang
Telepon                                 : 081287085556
Alamat                                   : Jl. Raya Suprapto No 28 Setu, Bekasi, Jawa Barat
Waktu Pelaksanaan                : Minggu, 18 Juni 2017

2.2  Pelaksana Kegiatan
Sebuah kelompok gabungan dari aktivis kemanusiaan yang bebas atau tidak terikat oleh Parpol, Ormas, Suku, Ras, maupun ideologi atau pandangan politik tertentu. Dalam hal ini terbuka untuk siapapun yang ingin mendedikasikan tenaga, waktu, maupun materi untuk kegiatan kemanusiaan seperti ini. Terlebih tidak sebagai Organisasi dalam arti organisasi ternama berpayung hukum.

2.3  Susunan Kegiatan
No.
Nama Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
1.
Tiba Di Lokasi dan Briefing
15.45 – 16.00
2.
Mulai Acara
16.00
3.
Pembukaan dan Perkenalan
16.00 – 16.30
4.
Sambutan
16.30 – 16.45
5.
Tausyiah
16.45 – 17.15
6.
Games Ngabuburit
17.15 – 17.48
7.
Buka Bersama
17.48
8.
Sholat Maghrib
18.00 – 18.30
9.
Makan
18.30 – 18.45
10
Berbagi Souvenir & Seserahan
18.45 – 19.00
11.
Sayonara
19.00 – Selesai

2.4   Rencana Anggaran
1.      Pendapatan
a.       Iuran Panitia 100.000/Orang
b.      Donasi Umum Secara Langsung
c.       Donasi Umum via Transfer ATM
Rek. BCA, No. Rekening 1540450133 a.n. Arun Saputro
Cp.      085640203682 (Arun Saputro)
085710056745 (Andy Saputro)
085711204725 (Vrandes S. C.)

2.      Pengeluaran
a.       Acara
Keperluan
Peruntukan
Harga
Qty
Total
Takjil
Peserta
Rp. 8.000
30
Rp. 240.000
Pengurus
5
Rp. 40.000
Panitia
15
 Rp. 120.000
Makan
Peserta
Rp. 15.000
30
Rp. 450.000
Pengurus
5
Rp. 75.000
Panitia
15
Rp. 225.000
Sovenir
Peserta
Rp. 8.000
30
Rp. 240.000
Aqua
All
Rp. 25.000
2
Rp. 50.000
Total
Rp. 1.440.000

Semua biaya Acara akan ditanggung oleh iuran panitia (15 orang @100.000) sehingga akan terkumpul 1.500.000 disesuaikan untuk menanggung biaya acara.

b.      Donasi
Keperluan
Peruntukan
Harga
Qty
Total
Seserahan
Beras
Rp. 200.000
2 Sak
Rp. 400.000
Sisa anggaran
Uang



Dikarenakan dana dari Donatur belum tentu jumlahnya, donasi hanya direncanakan berupa beras 30Kg (2 sak) sisanya akan disalurkan berupa uang tunai (sisa dana donasi), namun tidak menutup kemungkinan jika dana donasi diluar perkiraan (surplus) maka akan ditambah variasinya maupun kuantitasnya.


BAB 3
LAMPIRAN DAN PENUTUP

3.1   Lampiran
*)
a.                   Susunan Panitia
No
Jabatan
Jabatan
1.
Vrandes Setiawan Cantona
Ketua Panitia
2.
Andy Saputro
Sekretaris
3.
Arun Saputro
Bendahara
4.
Ardian Eka Satriawan
Pic. Perlengkapan
5.
Daniel Adi Nugroho
Pic. Perlengkapan
6.
Denny Ramadhan
Pic. Perlengkapan
7.
Mustofa Latif
Pic. Acara
8.
Herdianto
Pic. Acara
9.
Yayan
Pic. Humas
10.
Sarwo Priyanto
Anggota
11.
Robby Yulianto
Anggota
12.
A. Nuryamin
Anggota
13.
Muhammad Hanif
Anggota
14.
Joko Setiawan
Anggota
15.
Ardos Zerto
Anggota

      **)
b.                  Anggaran Dana
i.                    Iuran Panitia
No
Nama
Jumlah
1.
Vrandes Setiawan Cantona
Rp. 100.000
2.
Andy Saputro
Rp. 100.000
3.
Arun Saputo
Rp. 100.000
4.
Sarwo Priyanto
Rp. 100.000
5.
Joko Setiawan
Rp. 100.000
6.
Ardian Eka Satriawan
Rp. 100.000
7.
Daniel Adi Nugroho
Rp. 100.000
8.
Herdianto
Rp. 100.000
9.
Mustofa Latif
Rp. 100.000
10.
Denny Ramadhan
Rp. 100.000
11.
Robby Yuliyanto
Rp. 100.000
12.
A. Nuryamin
Rp. 100.000
13.
Muhammad Hanif
Rp. 100.000
14.
Yayan
Rp. 100.000
15.
Ardos Zerto
Rp. 100.000
Total
Rp. 1.500.000

ii.                  Iuran Donatur
No
Nama
Jumlah
1.


2.


3.


4.


5.


6.


7.


8.


9.


10.


11.


12.


13.


14.


15.


16.


17.


18.


19.


20.


21.


22.


23.
Dan Donatur lain yang tidak mencantumkan nama

Total


      ***)
  1. Dokumentasi


3.2  Penutup
Demikian proposal ini kami ajukan, semoga kegiatan sosial ini dapat terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Untuk pembahasan mengenai pelaporan dan dokumentasi kegiatan ini akan disusun setelah acara terlaksana dan akan di publikasikan via Whatsapp, Facebook, dan Situs www.jawatarekta.blogspot.com dengan transparan dan akuntabel. Terima kasih atas kerjasamanya untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.











Cibitung, 30 Mei 2017


Mengetahui,


                                                                                            *Scan tanda tangan dari Proposal asli




Read more ...
Designed By Langit Tjerah